Menjelang Lebaran 2019 kemarin, aparat kepolisian mengadakan pemusnahan minol ilegal  di beberapa daerah, seperti Bandung, Bekasi, Depok, Lumajang, dan kota-kota lainnya. Insiden ini sudah dilakukan dalam belakangan tahun terakhir, terutama setiap kali menyambut Idulfitri. Ribuan botol plastik maupun kaca minuman alkohol ini dikumpulkan dalam satu lapangan, lalu dimusnahkan dengan menggunakan kendaraan semacam road roller. Minol yang dimusnahkan merupakan hasil Operasi Pekat polisi selama dua belas hari.

Namun, apakah pemusnahan massal yang dipertontonkan masyarakat umum ini efektif dalam mencegah munculnya korban yang mati akibat minuman oplosan?

 

Pemusnahan Minol Ilegal di Jawa Barat dan Jawa Timur

Pemberitaan mengenaskan datang dari Cicalengka dan sekitarnya di mana sepanjang bulan April hingga Juli 2018. Ada lebih dari 60 pemuda di Jawa Barat tewas akibat minuman oplosan serta ratusan lainnya terpaksa menderita cacat permanen. Belajar dari peristiwa itu, Polda seluruh Indonesia menggelar operasi pemusnahan minol massal. 

Harapannya? Tentu agar jumlah peredaran minuman beralkohol di masyarakat bisa berkurang secara signifikan pada bulan Mei 2019 lalu. Salah satunya diadakan Polrestabes Bandung melalui Operasi Pekat Lodaya yang akhirnya berhasil menjaring lebih dari 40.000 miras ilegal berbagai jenis. Nggak cuma di Jawa Barat, Polda Jawa Timur juga melaksanakan operasi serupa bernama Operasi Pekat, yang memusnahkan hampir 70.000 botol minuman alkohol (minol) padatanggal 16 Mei-26 Mei 2019. Pemusnahan minol ilegal ini menjadi salah satu bentuk usaha penegak hukum yang serius memberantas minol ilegal beredar di masyarakat, terutama menjelang waktu Lebaran kemarin. 

 

Apakah Efektif?

Sayangnya, minuman-minuman yang dimusnahkan nggak semuanya jelas minuman oplosan atau bukan. Ada juga minol legal yang sebenarnya nggak punya izin beredar aja. Padahal, untuk mencegah munculnya korban-korban akibat oplosan, sebaiknya pemerintah mengevaluasi kembali peraturan daerah tentang pengawasan dan pengendalian minol legal, karena yang seharusnya diatur adalah pelarangan terhadap minol ilegal atau oplosan. 

Pelarangan minol legal justru akan membuat masyarakat beralih ke minuman oplosan yang harganya lebih murah dan lebih mudah didapat. Akhirnya, pasar gelap yang menjual minuman oplosan menjadi semakin marak. Alkohol legal terbukti lebih aman dikonsumsi, daripada oplosan yang seringkali mengandung metanol, hingga obat tetes mata yang fatal dampaknya.

 

Apa yang bisa kita lakukan?

Sebagai anak muda, apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah munculnya korban yang meninggal akibat oplosan? Ada 3 cara yang bisa kamu lakuin:

- Mulai dari diri sendiri dengan menerapkan prinsip dan proses pengambilan keputusan yang matang untuk menolak minuman oplosan. Kamu bisa belajar gimana caranya ambil keputusan yang bertanggung jawab, biar nggak terpengaruh dengan peer pressure dengan ikutan kursusnya di sini.

- Kamu bisa bantu mengurangi angka korban dengan melapor ke Stop Oplosan, kalau kamu nemu warung di daerah kamu yang jual minuman oplosan.

- Jangan lupa bagikan informasi-informasi yang ada di laman kami ke teman-teman kamu, supaya mereka juga jadi tahu bahayanya oplosan. 

Nah, kalau udah tahu bahayanya oplosan, kamu udah nggak mau coba-coba kan? Ayo, #StopOplosanSebelumTerlambat!

 

Sumber : 

Jabar Waspadai Pesta Miras Oplosan Malam Lebaran.

Pemkot Bandung Akan Perketat Aturan Peredaran Minuman

70 Ribu Botol Miras Ilegal Dan 5,5 Kg Sabu Dimusnahkan Polda Jatim

Sebuah Kajian Enam Kota: Dampak Negatif Penetapan RUU Larangan Minuman Beralkohol Terhadap Kesehatan Dan Keselamatan

 

Ditulis oleh: Joe William